counter

Imam Al-Bushiri


Qashidah yang sangat mempesona ini adalah buah karya Syarafuddin Abu Abdillah bin Said bin Hammad binMuhsin bin Abdullah bin Shanhaj bin Hilal Ash-Shanhaji Al-Bushiri.Ia lahir pada hari selasa Syawwal tahun 606 H/1211 M di Dalash,tapi besar di Bushir,sehingga kemudian di kenal dengan nama Imam Al-Bushiri.

Sejak kecil ,ia mulai menghafalkan Al-Qur'an serta mempelajari ilmu-ilmu agama dan bahasa Arab.Ia di didik oleh ayahnya sendiri dalam mempelajari Al-Qur'an, di samping berbagai ilmu pengetahuan lainya.

Kemudian ia belajar kepada ulama-ulama di zamanya.Untuk memperdalam ilmu agama dan keustera'an Arab,ia pindah ke kairo. Di sanalah ia kemudian menjadi seorang sastrawan dan penyair ulung. Kemahiranya di bidang sastra ini melebihi para penyair pada zamanya.

Karya-karya kaligrafinya juga terkenal.Tulisanya sangat indah.Ia mempelajari disiplin ini dan kaidah-kaidahnya dari Syaikh Ibrahim bin Abu Abdillah Al-Bushiri.Penguasaanya tentang khath (kaligrafi),baik praktis maupun teoretis,membuat banyak pelajar menimba ilmu kepadanya. Dalam seminggu, yang belajar ilmu ini kepadanya lebih dari seribu orang. Demikian disebutkan dalam pengantar kitab syarh Burdah yang berjudul Al-'Umdah fi Syarh Al-Burdah, karya Syaikhul Islam Ahmad bin Muhammad bin Hajar Al-Haitami.

Al-Bushiri berguru kepada banyak tokoh ulama, di antaranya Abu Hayyan Atsiruddin Muhammad bin Yusuf Al-Gharnathi Al-Andalusi, Fathuddin Abul Fath Muhammad bin muhammad Al-Umari Al-Andalusi Al-Isybili Al-Mishri yang dikenal dengan sebutan Ibn Sayyidin Nas, Al-'Izz bin Jama'ah Al-Kanani Al-Hamawi.

Sejak masa kanak-kanak, ia dikenal sebagai orang yang wara' (sangat berhati-hati karena takut dosa). Pernah suatu ketika ia akan diangkat menjadi pegawai pemerintahan keraja'an Mesir. Tetapi ketika melihat perilaku pegawai keraja'an, ia pun menolaknya.

Mengenai kehidupanya, Dr. Su'ad Mahir berkata,"Pada awal kehidupanya, Al-Bushiri memegang dan mengajar menulis pada beberapa kelompok di daerah Bilbis, kemudian ia meninggalkan tugas-tugas pemerintahan dn kesenangan kehidupan dunia, lalu menyendiri dalam kehidupan tasawuf dan menghabiskan waktunya untuk beribadah. Kemudian ia pergi ke Iskandariyah untuk menjadi murid Al-Quthb Abul Abbas Al-Mursi. Al-Bushiri dan Ibnu 'Athaillah As-Sakandari adalah dua murid dari Abul Abbas. Al-Bushiri dianugerahi keunggulan dalam bentuk syair, sedangkan Ibnu 'Athaillah (pengarang Al-Hikam) di anugerahi keunggulan dalam bentuk prosa (Natsar."

Al-Bushiri tekun belajar kepada para gurunya sehingga tampaklah keberkahan pada dirinya, dalam agama, ilmu, kewara'an, dan kewalian. Setelah itu ia memilih cara lain dalam mengarang sya'irnya. Maka jadilah syairnya berisi tasawuf dan pujian kepada Rosulullah, dan iapun memurnikan cintanya kepada Allah dan Rasul-Nya.

Al-Bushiri sebenarnya tak hanya terkenal dengan karya Burdah-nya. Ia juga dikenal sebagai ahli fiqih dan ilmu kalam. Namun nama Burdah telah menenggelamkan keterkenalanya sebagai seorang sufi besar yang mempunyai banyak murid.

Karena karya Burdahnya dipandang sebagai puncak karya sastra dalam memuji Raslullah SAW, Al-BUshiri digelari Sayyidul Muddah, yang artinya "Pemimpin para pemuji Rasulullah SAW".

Bait-bait Burdah sangat indah dan menggunakan gaya bahasa yang mampu menyentuh qalbu dan membuat orang yang membacanya meneteskan air mata. Semua itu akan membuat kecintaan kepada Rasulullah SAW semakin mendalam, seiring dengan semangat kuatnya keinginan untuk mengikuti sunnah dan perjuangan Baginda Nabi SAW.

4 komentar:

thanks gan infonya sangat bermanfaat...!
:)

I really appreciate your professional approach. These are pieces of very useful information that will be of great use for me in future.

Hi, Really great effort. Everyone must read this article. Thanks for sharing.